Salah satu hasil dari mengikuti pelatihan... hehehe supaya ilmunya juga tidak sia-sia, hasil dari rensensi buku coba untuk ditampilkan. bagi yang udah pernah baca buku ini, ataupun yang belum pernah baca, dapat memberikan saran, kritik.
JUDUL BUKU : AKATSUKI
PENULIS : Miyazaki Ichigo
PENERBIT : Mizania
CETAKAN : I, Oktober 2009
TEBAL : 299 halaman
PERESENSI : S. P. Ratu Pertiwi *
BUDAYA, CINTA, dan KEBENARAN
Kaki narase sonzai wo
Koko ni iru to
Hibike ano akatsuki no sora ni
(hal 9)
Mata “ohayou” tte itte
Mata yume wo misete
Kyou mo genki de sugosetara ii yo ne
(hal 80)
****
Jepang adalah sebuah negara yang dikenal sebagai matahari terbit. Dengan mayoritas penduduk yang tidak menganut agama namun ikut merayakan hari raya sebuah agama namun hanya sebatas sebagai budaya. Memilki sebuah agama, akan menjadi hal yang menarik bagi masyarakatnya. Namun bukan berarti di Jepang tidak terdapat forum agama. Salah satunya terdapat Islamic Center di kota Kobe dan masih ada yang lain.
Akatsuki yang berarti fajar dalam bahasa Indonesia terasa sangat menarik ketika digunakan oleh Ichigo untuk judul sebuah buku. Apalagi istilah akatsuki telah dikenal oleh masyarakat. Cover-nya pun telah menggambarkan kecantikan dari Mayumi. Ichigo mampu menghadirkan suasana Jepang dengan penggambaran tradisi Jepang yang sangat kental. Hal-hal yang berkaitan dengan tradisi yang dilakukan Mayumi.
Seperti pada event perayaan tahun baru yang sangat meriah. Kegiatan pertama adalah bersih-bersih rumah untuk menyambut tahun baru atau lebih dikenal dengan nama susuharai. Kemudian dilanjutkan dengan menghiasi rumah dengan kadomatsu (rangkaian cabang pohon yang digunakan untuk menghiasi gerbang rumah selama perayaan tahun baru) biasanya dimulai pada tanggal 28 Desember sampai tanggal 7 Januari dan dipasang simetris di bagian depan rumah dengan bendera Jepang. Hidangan yang dimakan pada saat tahun baru meliputi toshiko soba(mie yang khusus dihidangkan pada waktu tahun baru). Pada tengah malam tsurigane ditabuh bertalu-talu. Bunyi lonceng besar yang ada di jinja (kuil Shinto) menandakan tepat detik pertama tahun baru.
Kisah hidup Mayumi yang dibumbui dengan pencarian kebenaran Islam ini terasa sangat menarik. Seseorang yang hidup di tengah- tengah penduduk dengan mayoritas tidak menganut agama berusaha untuk mencari kebenaran dalam hatinya. Ditambahkan kehadiran tiga orang yang disayanginya, Nakano Shun, Henry Finch dan Kagawa Satoshi yang memiliki karakter berbeda-beda. Pada saat masalah-masalah bermunculan, Mayumi merasa bahwa dia adalah matahari yang tenggelam.
Penggambaran karakter tokohnya sangat kuat. Hatake Mayumi, mempunyai sifat keras kepala, sering menangis mengenai hidupnya, serta sangat menyukai fajar. Harus merasakan sakitnya diusir oleh kedua orang yang disayanginya. Menjadi orang yang netral pada saat perayaan event-event di Jepang, seperti festival Tanabata (Mayumi tidak pernah menuliskan permohonan). Nakano Shun, kakak angkat Mayumi dalam keluarga Nakano. Mencintai Mayumi serta ingin menikahinya. Henry Finch, seseorang berkebangsaan Inggris, merupakan sahabat Nakano Shun yang ternyata adalah kakak Mayumi dari ibu yang sama serta keras kepala dan selalu mendukung Mayumi. Kagawa Satoshi, teman sekelas Mayumi yang beragama Islam, sikapnya yang seolah-olah tidak peduli pada Mayumi, namun selalu datang pada saat Mayumi membutuhkannya.
Kisah cintanya pun mencakup empat hal. Cinta kepada saudara, cinta kepada suami, cinta kepada ibu serta cintanya kepada Allah. Hal itu ditunjukkan oleh Mayumi dengan kesungguhan hati. Ditambah pula saat Mayumi memutuskan untuk menjadi seorang mualaf dan menemukan semua ketenangan dalam hatinya.
Buku ini dapat menjadi bacaan bagi remaja pada umumnya, karena isi pokok dalam buku ini mengulas tentang pencarian jati diri seorang Mayumi. Ditambah dengan deskripsi mengenai kebudayaan Jepang yang gamblang, dapat memperluas wawasan serta kosakata pembaca.
Kelebihan dalam buku ini adalah pembaca akan menemukan penggalan-penggalan lagu yang diambil dari lirik lagu anime terkenal di dalam ceritanya. Keberadaan lagu tersebut kian menarik perhatian untuk mengetahui artinya. Dengan menggunakan huruf Jepang, yaitu Kanji dan Hiragana pada penulisan judul bab semakin memperkuat suasana Jepang yang diberikan oleh penulis. Tidak lupa juga potongan-potongan surat suci yang dirujuk dari Al Quran menghidupkan nuansa islami yang dibangun penulis.
Dengan penggunaan alur flash back dan gaya bahasa yang luwes mempermudah pembaca untuk memahami isi cerita serta mampu membuat pembaca untuk memiliki rasa penasaran yang dalam akan kelanjutan cerita itu. Tak lupa juga dengan petuah-petuah yang terdapat dalam cerita, semakin membuat pembaca untuk menghargai hidup ini, memperjuangkan apa yang telah dicita-citakan.
* Peresensi adalah salah satu anggota dari Kekaryaan Corp KOMSTEK UM.
Gambatte.. :D
0 comments:
Posting Komentar